Komunikasi
Interpersonal
by Desi Purnamasari
1) Mendengar
pasif ( diam )
Mendengarkan
memerlukan keterampilan dan latihan yang terus- menerus, dengan mendengarkan
kita akan memperoleh informasi yang lengkap dari klien. Meskipun ini memerlukan
kesabaran. Di Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien
menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu dengan perasaan
kesal atau sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk
memberi kesempatan klien berpikir dan menenangkan diri.
2) Memberi
tanda perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan
menggunakan kata- kata atau perhatian verbal. Hal ini dilakukan untuk
memberikan motivasi pada klien agar semangat dalam berbicara.
3) Membuka
pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan pertanyaan untuk mendalami
dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor
belum puas dengan jawaban yang diberikan klien, perlu klarfikasi mengenai hal
yang diungkapkan klien, menandakan konselor mengikuti alur pembicaraan klien.
4) Mendengar
aktif : memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu
merangkum, merefleksikan isi uacapan ( paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
Refleksi
isi atau paraphrasing adalah menyatakan kembali atau pesan klien dengan
menggunakan kata-kata lain, memberi masukan pada klien tentang inti ucapan yang
baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
Refleksi
perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati olek konselor dari
intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang
tersirat dari kata-kata verbal klien.
Mendengarkan
informasi yang disampaikan klien sangat penting. Sering kali kita mendengar
tapi tidak benar-benar mendengarkan.
Mendengarkan
adalah suatu proses aktif yang membutuhkan partisipasi aktif dari yang
mendengarkan (LISTENING).
Mendengar
merupakan proses mendengar suara melalui alat pendengaran (telinga) tanpa ada
proses si pendengar dalam menyerap apa-apa yang didengar (HEAR-masuk kuping
kiri keluar kuping kanan)
Penelitian
tentang interaksi klien – bidan menunjukkan bahwa hanya satu per tiga dari yang
diucapkan bidan bersifat mendorong klien untuk berbicara. Sebagian besar
bersifat netral (ucapan yang membantu arus informasi klien dengan bidan, tetapi
tidak mendorong partisipasi aktif klien), dan sering kali bidan memotong
pembicaraan klien, memutuskan informasi yang penting yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan. Ucapan-ucapan yang demikian tidaklah menunjukkan
rasa hormat kepada klien, bahkan klien merasa tidak nyaman. Keterampilan
mendengarkan membutuhkan latihan secara terus menerus. Meringkas pokok-pokok
utama dari hal-hal yang diucapkan orang lain adalah latihan yang baik untuk
keterampilan mendengarkan.
Mendengar
Aktif
Menjadi
pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :
1)
Menunjukkan kepedulian
2)
Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor,
3)
Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4)
Klien membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk
mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan saling mendengarkan.
Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari keterampilan mendengar
aktif.
Untuk
menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
1)
Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2)
Mempunyai cara- cara untuk membantu klien
3)
Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4)
Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling
Tips dalam mendengar
aktif:
1. Terima
klien apa adanya. Hargai klien sebagai individu yang berbeda dari individu
lainnya
2. Dengarkan
apa yang dikatakan oleh klien dan juga bagaimana ia mengatakan hal itu.
Perhatikan intonasi suara, pemilihan, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan tubuh.
3. Tempatkan
diri pada posisi klien selama mendegarkan
4. Kadang-kadang
lakukan mendengarkan pasif (diam). Beri waktu pada klien untuk berfikir,
bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan klien.
5. Dengarkan
klien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda lakukan selanjutnya.
6. Lakukan
pengulangan/refleksikan apa yang anda dengar, sehingga bidan klien paham
7. Duduk
menghadap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang mengganggu, tatap dan
perhatikan klien.
8. Tunjukkan
tanda perhatian verbal dan nonverbal.
Kemampuan
Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang
cukup penting dan strategis dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama
proses atau ataupun dalam mengakhiri.
Pertanyaan tertutup menghasilkan jawaban
“ya” atau “tidak” yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang faktual
(biasanya dilakukan pada awal-awal percakapan). Pertanyaan tertutup tidak
menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan
keputusan. Dengan menggunakan pertanyaan tertutup, bidan mengontrol jalannya
percakapan. Klien hanya akan memberikan informasi yang bersangkut paut dengan
pertanyaan yang ditanyakan.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang memungkinkan adanya berbagai macam jawaban, memberi kebebasan menjawab.
Pertanyaan terbuka akan memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam
menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif klien dalam percakapan. Jenis
pertanyaan terbuka biasanya memakai kata tanya “Bagaimana” atau “apa”. Cara
efektif untuk menggali informasi adalah dengan bertanya menggunakan pertanyaan
terbuka. Juga perlu digunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan
perhatian.
Menurut penelitian, dalam konseling
bidan mempunyai kecenderungan untuk lebih menggunakan pertanyaan tertutup atau
pertanyaan yang mengarahkan. Hal ini membatasi kesempatan klien berbagi
informasi dan menyatakan pendapat dan perasaannya (studi interaksi
Client-Provider Indonesia, 1997). Dengan memiliki keterampilan mendengarkan dan
bertanya, klien akan merasa didengar, diperhatikan dan dihormati, berarti bidan
ikut dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Keterampilan
bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut
:
1) Perhatikan
suasana konseling klien
2) Kuasai
materi yang berkaitan dengan pertanyaan
3) Ajukan
pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik
4) Segera
beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan sikap
yang baik dan empati.
Jenis
pertanyaan :
1)
Pertanyaan tertutup
: pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti dan ini biasanya hanya
membutuhkan jawaban “ ya atau tidak’ untuk mengumpulkan informasi yang faktual
(biasanya diawal percakapan).
2)
Pertanyaan terbuka
: merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban yang menungkinkan adanya berbagai
macam jawaban, dan memberi kebebasan menjawab pada klien. Ini akan menuntut
partisipasi aktif dari klien dan merupakan cara efektif untuk menggali
informasi dari klien.
3)
Pertanyaan mendalam :
dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam apa yang sudah diungkapkan oleh
klien, sehingga informasi didapat secara lengkap dan mendetail. Melengkapi dan
menggali lebih dalam hal- hal yang diperlukan, terutama yang bersifat privasi,
untuk melakukan ini memerlukan pendekatan dan keakraban dan didasarkan saling
percaya, dimana ini memerlukan teknik yang khusus agar bisa.
4)
Pertanyaan mengarahkan/sugestif
: mengarahkan berarti Bidan mengarahkan apa yang dibicarakan klien. Tidak
selalu tepat digunakan pada berbagai kondisi. Pertanyaan mengarahkan ini
sebaiknya dihindari oleh Bidan dan biarkan klien mengungkapkan perasaannya
secara spontan.
Bertanya
efektif :
Ada
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa bertanya secara efektif :
1)
Gunakan intonasi suara yang menunjukkan
perhatian, minat dan keakraban. Jangan terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/
lemah. Karena suara yang terlalu lemah dan lambat akan susah didengar dan
sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara seperti itu.
Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga sakit dan mengurangi
konsentrasi untuk mendengar.
2)
Gunakan kata-kata yang difahami klien,
karena bahasa-bahasa ilmiah yang tidak dipahami klien tidak akan bisa terjadi
atau bahkan menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada bidan- bidan diawal
pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering digunakan untuk berkomunikasi
dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3)
Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan
mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Karena ini tidak efektif kadang klien
hanya ingat pertanyaan yang terakhir saja sehingga kita harus mengulang- ulang
lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab sesuai apa
yang kita butuhkan.
4)
Tunggu jawaban dengan penuh minat,
jangan memotong. Biarkan klien menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan
ditengah kalimat bisa menimbulkan salah persepsi.
5)
Gunakan kata-kata yang mendorong klien
untuk tetap bicara. Dengan demikian klien merasa diperhatikan dan lebih
semangat untuk mengungkapkan pembicaraannya.
6)
Bila harus menanyakan hal yang sangat
pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus ditanya. Kadang- kadang klien malu
untuk mengungkapkan dan menutupi hal- hal tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal
itu untuk tujuan penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan secara sukarela
dan terbuka.
7)
Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa
“ karena kemungkinan kita dapat merasa disalahkan.
8)
Gunakan pertanyaan yang terbuka, karena
lebih efektif daripada pertanyaan tertutup
Referensi:
MNH-DEPKES.
Komunikasi Efektif ibu selamat, bayi sehat, keluarga bahagia. Modul Pelatihan
Keterampilan Komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K). Jakarta : 2002.
Uripni, C.L,
Untung Sujianto, TatikIndrawati. Komunikasi Kebidanan.Jakarta : EGC.2003 :
4-26.
IBI, 9 Modul Kebidanan (Modul Pelatihan Konseling Bagi Bidan Pada Klinik
IBI).Jakarta : 2003.
Alexander
Jo,Valerie Levi, Sarah Roch. Midwifery Practice.London : The Macmillan
PressLtd.1994:1-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar