KESEHATAN MASYARAKAT
Kemitraan Kesehatan
Dosen pembimbing : Ari Kurniarum, S.Si.T., M.Kes
Disusun Oleh:
1.
Dany Widyawati (P27224013 226)
2.
Deasy Nursinta (P27224013 227)
3.
Defi Puspitasari (P27224013 228)
4.
Deni Wiji Astutik (P27224013 229)
5.
Desi Purnamasari (P27224013 230)
6.
Devi Ratna
Sari (P27224013 231)
7.
Devika Wahyu
P (P27224013 232)
8.
Dewi Ayu Wulandari (P27224013 233)
9.
Dhian Istiqomah (P27224013 234)
10. Dian Fitriani (P27224013 235)
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
DIII KEBIDANAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
tersusun tugas makalah ini.
Pengembangan
pembelajaran dan pengembangan materi dari makalah ini, dapat senantiasa
dilakukan oleh mahasiswa dalam bimbingan dosen. Upaya ini diharapkan dapat
mengoptimalkan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan.
Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan tegur, sapa atau kritik dan
saran demi perbaikan yang akan datang.
Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
Klaten, 27
Maret 2014
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya
ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan
tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan
masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak
yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat
termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang
kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan
berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan
komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat
spesialis komunitas dalam membangun jenjang kemitraan di masyarakat. Padahal,
membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan
salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan
program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada
bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki
tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota
masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama
dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu
dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama anggota
masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dari kemitraan dalam bidang kesehatan?
2. Apa saja unsur-unsur
kemitraan dalam bidang kesehatan itu?
3. Apa ruang lingkup kemitraan itu?
4. Apa saja prinsip-prinsip
kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat itu?
5. Apa saja kah
model-model dalam kemitraan itu?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan pembelajaran dari kemitraan dalam promosi dan pendidikan kesehatan yaitu
:
1.
Bidan dapat mengetahui pengertian dari kemitraan dalam bidang
kesehatan.
2.
Bidan dapat mengetahui unsur-unsur
kemitraan dalam bidang kesehatan.
3.
Bidan dapat mengetahui ruang lingkup
kemitraan.
4.
Bidan dapat mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip
kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat.
5.
Bidan dapat mengetahui dan
menjelaskan model-model dalam kemitraan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kemitraan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja,
pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan
kerjasama sebagai mitra.Kemitraan pada esensinya
adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak,
baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat).
B. Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur
kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun
sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common
interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan
saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan
terukur
d. Kesediaan untuk berkorban
baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
C. Dasar
Kemitraan
1. Kesamaan
perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam
membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap
suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus
mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor
lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara
intensif.
2. Saling
mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan
(trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar
manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan
yang jelas dan terukur
Arti penting
dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan
antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah
perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan
untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi,
tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan
sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk
menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua
tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
D. Prinsip
– Prinsip Kemitraan
1.
Saling menguntungkan
(mutual benefit)
Saling
menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat
dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2.
Pendekatan berorientasi
hasil
Tindakan
kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada
tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis
pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit
3.
Keterbukaan
(transparansi)
Apa
yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota
mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui
dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian
informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi
finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4.
Kesetaraan
Masing-masing
pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan
membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat
besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban
dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu
sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi
untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif
5.
Tanggung Jawab
Organisasi
kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh
tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan
dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan
berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat,
kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut.
Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para
pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6.
Saling Melengkapi
Keragaman
dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas
kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu
dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk
ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan,
organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal
sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya
dan bahasa harus diatasi.
Prinsip-prinsip
kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan
kesehatan
1.
Policy-makers (pengambil
kebijakan)
2.
Health managers
3.
Health professionals
4.
Academic institutions
5.
Communities institutions
E.
RuangLingkupKemitraan
Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan.
F.
Tahap – tahap Kemitraan
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri
atas 3 tahap yaitu:
1.
Kemitraan lintas program
di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2.
Kemitraan lintas sektor
di lingkungan institusi pemerintah
3.
Membangun kemitraan yang
lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas organisasi,
yang mencakup:
a) Unsur pemerintah
b) Unsur swasta atau dunnia usaha
c) Unsur LSM da organisasi massa
d) Unsur organisasi profesi
G.
Dasar Pemikiran
Kemitraan dalam Kesehatan
1.
Kesehatan adalah hak
azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi
semua pihak.
2.
Masalah kesehatan saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah
pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
3.
Karenanya masalah
kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan
swasta.
4.
Dengan peduli pada
masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta diharapkan
juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan meningkatkan
produktivitas.
5.
Pentingnya kemitraan
(partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional
promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6.
Sehubungan dengan itu
perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat. Hubungan
kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
H.
Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
1.
Meningkatkan saling pengertian
2.
Meningkatkan saling
percaya
3.
Meningkatkan saling
memerlukan
4.
Meningkatkan rasa
kedekatan
5.
Membuka peluang untuk
saling membantu
6.
Meningkatkan daya,
kemampuan, dan kekuatan
7.
Meningkatkan rasa saling
menghargai
Hasil yang diharapkan :
Adanya percepatan,
efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.
I.
Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak,
semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat,
perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
J.
6 langkah pengembangan
kemitraan :
1.
penjajagan/persiapan,
2.
penyamaan persepsi,
3.
pengaturan peran,
4.
komunikasi intensif,
5.
melakukan kegiatan, dan
6.
melakukan pemantauan
& penilaian.
K.
Beberapa alternatif
peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah
:
1.
Initiator : memprakarsai
kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia Sehat.
2.
Motor/dinamisator :
sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3.
Fasilitator :
memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4.
Anggota aktif : berperan
sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5.
Peserta kreatif :
sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6.
Pemasok input teknis :
memberi masukan teknis (program kesehatan).
7.
Dukungan sumber daya :
memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.
L. Indikator keberhasilan dalam kemitraan
1.
Indikator input :
Jumlah mitra yang menjadi anggota.
2.
Indikator proses
:Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan,
keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
3.
Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan
efisiensi upaya yang diselenggarakan.
M. Contoh
Kemitraan dalam Kesehatan
1.
AIMI (Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia)
2.
Balai Keperawatan
3.
Kemitraan antara bidan
dengan dukun bayi
4.
Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe, kab.
Jember
KESIMPULAN
1.
Kemitraan kesehatan
adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
mengenai kesehatan.
2.
Adapun unsur-unsur
kemitraan adalah :
a) Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c) Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
d) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat
3. RuangLingkupKemitraan
a)
Persiapan
b)
Inisiasi Kemitraan
c)
Pelaksanaan
kerjasama
d)
Pelaporan
e)
Publikasi hasil pelaksanaan
4. Prinsip
– prinsip kemitraan
a)
Persamaan atau equality
b)
Keterbukaan atau
transparansi
c)
Saling menguntungkan
atau mutual benefit.
5.
Model kemitraan
a) Kepemimpinan (manageralism) (Rees,
2005),
b) Pluralisme
baru (new-pluralism),
c) Radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),
d) Kewirausahaan (entrepreneurialism) dan
e) Membangun
gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar