Puskesmas,
Teknologi Tepat Guna
Dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dosen pembimbing : Ari Kurniarum, S.Si.T., M.Kes.
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kesehatan
Masyarakat
Disusun oleh:
Nama :
Desi Purnamasari
NIM :
P27224013 230
Kelas :
Reguler A
POLITEKNIK KESEHATAN
SURAKARTA
DIII KEBIDANAN
2014
Biodata Penulis
Nama :
Desi Purnamasari
Alamat :
Nambangan 001/006 Grogol, Weru, Sukoharjo
1. Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo
No
|
Kode Puskesmas
|
Nama Puskesmas
|
Nama Kecamatan
|
1.
|
P3311010101
|
Weru
|
Weru
|
2.
|
P3311020101
|
Bulu
|
Bulu
|
3.
|
P3311030101
|
Tawangsari
|
Tawangsari
|
4.
|
P3311040101
|
Sukoharjo
|
Sukoharjo
|
5.
|
P3311050101
|
Nguter
|
Nguter
|
6.
|
P3311060201
|
Bendosari
|
Bendosari
|
7.
|
P3311070101
|
Polokarto
|
Polokarto
|
8.
|
P3311080101
|
Mojolaban
|
Mojolaban
|
9.
|
P3311090101
|
Grogol
|
Grogol
|
10.
|
P3311100201
|
Baki
|
Baki
|
11.
|
P3311110101
|
Gatak
|
Gatak
|
12.
|
P3311120201
|
Kartasura
|
Kartasura
|
Jumlah puskemas
perawatan ada 10 sedangkan non perawatan ada 2
Jumlah puskesmas
pembantu ada 49
Jumlah polindes
ada 167
2.
Teknologi
Tepat Guna dalam Industri Rumah Tangga yang Berguna Dari Masa ke Masa “Sepeda
Ontel”
Sepeda adalah salah
satu alat transportasi yang paling penting di dunia, karena selain ramah
lingkungan, sepeda juga menjadi tonggak munculnya kendaraan-kendaraan lainya. Tercatat
bahwa sepeda lebih dulu diciptakan dari mobil. Bahkan banyak yang berkata bahwa
sepeda sudah dirancang oleh orang-orang jaman dulu (termasuk oleh Leonardo da
Vinci). Sepeda adalah
kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh
yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.
Pada
awal terciptanya sepeda, baron bekerja sebagai pengatur atau mandor taman
kerajaan di Paris. Karena taman kerajaan di Paris sangat luas, Baron kesusahan
harus berpindah-pindah dari bagian taman satu ke taman yang lain. Untuk itulah
baron kemudian berinisiatif untuk menciptakan sebuah alat yang bisa
memudahkannya berpindah-pindah dengan cepat tanpa harus mengeluarkan banyak
tenaga.
Pada
tahun 1817, Baron Karls Drais von Sauerbronn berhasil membuat sebuah alat
kendaraan berupa kursi yang dilengkapi dengan roda, bentuknya sudah menyerupai
sepeda, hanya saja tak mempunyai genjotan. Sepeda pertama ini hanya berjalan
dengan tenaga dorong. Karena pedalnya langsung tersambung dengan Ass depan.
Sepeda ini dikenal dengan nama Draisienne (berdasarkan nama penemunya).
Tahun
1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang
efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana
transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih
mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan
sang Baron sebagai dandy horse.
Baru
pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan
pedal khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda
motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan
turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani"
menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan
ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Perancis, Ernest
Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih
stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre Lallement (1865)
memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang
dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda
dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun
kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang
ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan
karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum
terpecahkan. Karena teknologi suspensi (peer dan sebagainya) belum ditemukan,
goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang.
Sehingga
tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat
wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda
konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia
setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik
yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888
John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Penemuan
lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang
yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda.
Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat
transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun,
perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya
pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.
Jenis-jenis
sepeda
Kini
sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya berdasarkan
fungsi dan ukurannya.
a.
Sepeda gunung-digunakan untuk lintasan
off-road dengan rangka yang kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan
sampai 27.
b.
Sepeda jalan raya-digunakan untuk balap
jalan raya, bobot keseluruhan yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan
dengan jalan, kombinasi kecepatan sampai 27
c.
Sepeda BMX-BMX merupakan kependekan dari
bicycle moto-cross, banyak digunakan untuk atraksi
d.
Sepeda kota (citybike) adalah sepeda
yang biasa dipakai di perkotaan dengan kondisi jalan yang baik. Sepeda jenis
sangat menekankan aspek fungsional.
e.
Sepeda jenis citybike dengan boncengan
dan keranjang
f.
Sepeda lipat-merupakan jenis sepeda yang
bisa dilipat dalam hitungan detik sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan
mudah
g.
Sepeda Balap - Sepeda yang model
handlernya setengah lingkaran dan digunakan untuk balapan.
h.
Sepeda Motor - bertenaga mesin dengan
mengunakan bahan bakar berjenis bensin sebagai sumber daya utamanya. Dengan
semakin berkembangnya teknlogi pada industri kendaraan roda dua.
Pengertian Industri
Menurut Nurimansjah
Hasibuan (1993:12) secara mikro, pengertian industri adalah Kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau
barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat.
Sedangkan menurut
Hardjantho Sumodisastro (1985:1) industri ialah “tiap usaha yang merupakan unit
produksi yang membuat barang dan atau yang mengerjakan sesuatu barang atau
bahan untuk masyarakat di suatu tempat tertentu”.
Dari pengertian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah berbagai bentuk kegiatan
ekonomi. Sedangkan kegiatan ekonomi dapat dilakukan oleh perorangan maupun oleh
perusahaan. Oleh karena itu berbagai
ragam atau jenis perusahaan dapat dikatakan merupakan industri. Misalnya:
1) Perusahaan
pembuat kerupuk merupakan industri pembuatan kerupuk.
2) Perusahaan
pembuat “jamu” merupakan industri obat-obatan.
3) Perusahaan
pembuat genteng, batako atau batu merupakan industri bagunan perumahan.
4) Perusahaan
pembuat kecap, minuman, kue kering, roti, merupakan industri makanan dan
minuman.
5) Perusahaan
pembuat sepatu dan sandal merupakan industri sepatu dan sandal.
6) Perusahaan
pemintal benang, pembuat tekstil merupakan industri bahan pakaian.
7) Perusahaan
pembuat kabel telepon adalah bagian dari industri telekomunikasi.
8) Perusahaan
pembuat minyak goreng adalah industri minyak goreng.
9) Perusahaan
penghasil kelapa sawit, teh, coklat, merupakan industri pertanian yang dikenal
dengan istilah agroindustri. (Djoko Santoso TH., 2008:2).
Pada intinya, kegiatan
industri itu sama yaitu pembuatan barang-barang yang diperlukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sasaran umum kebijaksanaan industri sebagai berikut:
1) untuk
menyediakan pekerjaan bagi penduduk yang jumlahnya semakin meningkat (dan dalam
beberapa kasus penyediaan pekerjaan bagi kaum buruh tani yang memang sudah
tidak memiliki pekerjaan),
2) untuk
meningkatkan taraf hidup dengan meningkatkan taraf hidup dengan meningkatkan
per kapita pendapatan nasional bersih dan,
3) untuk
memperbaiki situasi-situasi neraca pembayaran. (Alan B. Mountjoy, 1983:62).
Penggunaan
sepeda dalam industri rumah tangga
a.
Sebagian besar penduduk pedesaan, sepeda
digunakan untuk dagang bubur, gorengan, cilok, batagor, mainan anak-anak, balon
gas, lauk, krupuk, dawet, es, jagung rebus meskipun semua itu juga bisa terjadi
di perkotaan.
b.
Di daerah kerajinan, sepeda digunakan untuk
pemasaran hasil kerajinan tangan di industri rumah tangga mereka, misalnya
distribusi produk gerabah, tas, peralatan dapur, sapu, dan sebagainya
c.
Sepeda juga bisa dimodifikasi menjadi
odong-odong yang biasanya dioperasikan di desa-desa maupun perkotaan yang
banyak gangnya dan juga anak kecilnya.
d.
Sepeda juga dimodifikasi dengan ditambah
mesin jahit, agar si tukang jahit tersebut bisa keliling menjemput klien yang
akan menjahitkan ataupun permak pakaiannya, jadi istilahnya penjahit ‘menjemput
bola’.
3. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Grogol, Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo
Sulistiyani (2004)
menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan
sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki.
Saat ini pembangunan
tidak lagi berpusat pada pemerintah, tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan
diharapkan mampu menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). PSDL merupakan
mekanisme perencanaan people centered development yang menekankan pada proses
belajar sosial dan strategi perumusan program yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka (empowerment)
(Tjokroaminoto, 1996).
Intinya bahwa
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri dengan
menciptakan kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang.
Setiap daerah memiliki potensi yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan
membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari
keterbelakangan dan ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam
upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan subyek dari
pemberdayaan.
Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, masyarakat Desa Grogol menggantungkan pada berbagai jenis
mata pencaharian, seperti petani, buruh tani, pedagang / wiraswasta /
pengusaha, pengrajin, PNS, TNI / Polri, penjahit, montir, sopir, karyawan
swasta, tukang kayu, tukang batu, guru swasta.
Tabel Jumlah Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian
No
|
Jenis Mata
Pencaharian
|
Jumlah
|
1
|
Buruh tani
|
474
|
2
|
Petani
|
341
|
3
|
Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha
|
183
|
4
|
Pengrajin Genteng
|
152
|
5
|
PNS
|
60
|
6
|
TNI/Polri
|
16
|
7
|
Penjahit
|
15
|
8
|
Montir
|
2
|
9
|
Sopir
|
45
|
10
|
Karyawan swasta
|
427
|
11
|
Tukang kayu
|
28
|
12
|
Tukang batu
|
26
|
13
|
Guru swasta
|
15
|
Jumlah
|
1784
|
Sumber:
Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa 2008
a.
Perberdayaan
di Bidang Pertanian
Lahan pertanian yang ada di Desa Grogol seluas
279,52 Ha. Lahan pertanian yang ada ditanami padi sebagai tanaman pokoknya.
Selain itu juga ditanami tanaman kacang kedelai, kacang tanah, kacang panjang,
ubi kayu, dan jagung. Dalam satu tahun terdapat 2 sampai 3 kali panen padi,
untuk tanaman yang lain menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Dengan keadaan pertanian yang subur ini dapat
membantu memberdayakan masyarakat, yaitu dengan mengolah sumber daya alam yang
ada di bidang pertanian. Lokasi pertanian di Desa Grogol ini juga menciptakan
lapangan pekerjaan bagi desa lain. Misalnya saat musim panen atau tanam tiba
penduduk sekitar Desa Grogol meminta bantuan kepada penduduk desa lain untuk
membantu mereka dalam menggarap sawahnya.
b.
Pemberdayaan di Bidang Keahlian
Di Desa Grogol ada 15 penjahit yang beroperasi
hingga saat ini. Biasanya mereka membuat jasa penjahitan di rumah
masing-masing. Ada yang hanya beroperasi sendiri, namun juga ada yang dibantu
oleh orang lain, meskipun juga ada yang dibantu oleh keluarganya sendiri.
Setidaknya mereka bisa mandiri dalam hal kehidupannya. Ada penjahit laki-laki
yang biasanya menerima pesanan dari klien laki-laki, jarang yang menerima
pesanan dari perempuan, begitu pula ssebaliknya penjahit perempuan sering
mendapatkan pesanan dari ibu-ibu maupun pesanan menjahitkan seragam sekolah.
c. Pemberdayaan
Ibu-ibu
Di Desa Grogol
ada perkumpulan ibu-ibu PKK yang akan berlatih memasak. Tujuannya adalah agar
ibu-ibu di Desa Grogol ini bisa mengembangkan usaha dari hasil belajar memasak
di kelurahan Grogol. Peralatannya berasal dari kelurahan yang dipakai bersama,
namun peralatan yang sederhana misalnya pisau, peserta membawa sendiri dari
rumah. Biasanya ibu-ibu setelah dari kursus memasak, mereka akan mencoba
membuat makanan sendiri di rumah, meskipun kadang juga meminta bantuan dari
temannya atau tetangganya.
Selain latihan
memasak, seminggu sekali juga diadakan latihan senam aerobic bersama-sama agar
ibu-ibu rumah tangga di Desa Grogol selalu sehat.
d. Pemberdayaan
di Bidang Keagamaan
Setiap kamis
malam, di Desa Grogol diadakan pengajian rutin di Masjid Nurul Iman Nambangan,
terkadang peserta pengajian tidak hanya datang dari Desa Grogol, tetapi juga dari
desa-desa sekitar yang dekat dengan masjid tersebut. Setiap sebulan sekali juga
diadakan pengajian se-Kecamatan Weru. Untuk tempatnya biasanya dilakukan
bergilir.
e. Pemberdayaan
di Bidang Kesehatan
Setiap tanggal
16 diadakan posyandu balita dan lansia. Tekadang juga ada penyuluhan dari dinas
kesehatan maupun badan-badan terkait yang mendatangi warga Desa Grogol.
f. Pemberdayaan
di Bidang Lingkungan
Sebulan sekali,
pada awal bulan setiap hari minggu pemuda dan warga bekerjasama bergotong
royong membersihkan lingkungan setempat agar lingkungannya bersih dan sehat
g. Pemberdayaan di Bidang Industri Kecil
Keberadaan industri kecil genteng pres di Desa
Grogol dapat menciptakan peluang kerja bagi penduduk setempat. Industri kecil
genteng pres yang ada di Desa Grogol mempunyai sifat yang padat dengan tenaga
kerja manusia. Pasalnya, mulai dari pemrosesan bahan baku sampai menjadi
genteng pres yang siap dipasarkan selalu melibatkan tenaga manusia, sehingga mampu
menampung dan menyerap tenaga kerja.
Tenaga kerja yang ada di industri kecil genteng pres
sebagian besar berasal dari Grogol dan sebagian kecil berasal dari Ngawen dan
Gunung Kidul. Tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah Grogol kebanyakan
mereka bekerja sebagai tenaga pencetak / tenaga tetap, tetapi ada juga tenaga
pencetak yang berasal dari wilayah Grogol sendiri. Untuk tenaga kerja yang
berasal dari Grogol kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh harian, yaitu
sebagai tenaga yang melakukan persiapan, pencampuran, penggilingan,
penganginan, penjemuran, penataan genteng pada tempat pembakaran (tobong),
pembakaran, dan pembongkaran. Dengan adanya industri kecil genteng pres di
dekat tempat tinggal mereka, mereka tidak perlu mencari pekerjaan ke daerah
lain yang jauh dari tempat tinggal mereka. Para pekerja tidak perlu
mengeluarkan biaya transportasi dan biaya makan, sehingga tidak mengurangi upah
yang mereka terima, karena tempat tinggal mereka dekat dengan lokasi dan biaya
makan sudah ditanggung oleh pemilik industri kecil.
Tenaga kerja yang terserap semakin lama semakin
bertambah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya genteng pres yang
dibutuhkan oleh masyarakat luas dan semakin bertambahnya orang-orang yang
mengikuti jejak para pendiri untuk mendirikan industri kecil genteng pres. Di
industri kecil genteng pres ini kebanyakan mereka mempunyai tenaga kerja tetap
3 orang. Dua diantaranya di bagian pencetakan, sedangkan yang satu orang yang
bagian menjemur genteng yang sudah dicetak. Dan ada juga yang mempunyai pekerja
tetap lebih dari 5 orang.
Kegiatan industri kecil genteng pres tidak
memerlukan tenaga kerja yang ahli dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula.
Dengan kemauan, tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, siapapun
bisa bekerja di industri kecil genteng pres.
Tenaga kerja yang ada di industri kecil genteng pres
bekerja mulai jam 07.00 s/d 16.00 WIB.
Tetapi ada juga yang bekerja mulai dari jam 06.00 WIB karena mereka
menginap di rumah yang punya industri kecil, dengan demikian mereka bisa
bekerja lebih awal. Kebanyakan hari minggu untuk beristirahat. Selain hari
Minggu, ada juga hari tertentu yang digunakan untuk libur, biasanya disaat
hari-hari besar dan saat musim panen tiba. Mereka yang mempunyai sawah libur
sementara untuk mengurusi sawahnya. Sedangkan bagi yang tidak mempunyai sawah
biasanya ikut menjadi buruh tani sementara. Bagi para pemilik industri kecil
genteng pres, hal yang demikian sudah menjadi maklum dan memang sudah menjadi
kebiasaan. Para pemilik industri kebanyakan juga mempunyai sawah yang harus
diurusinya. Meskipun mereka tidak mendapat keuntungan dari hasil industri
kecil, tetapi mereka tetap mendapat keuntungan dari hasil pertanian. Hal ini
tidak berlangsung lama, karena pekerjaan di pertanian hanya bersifat musiman.
Dengan adanya industri kecil genteng pres bisa memberikan
manfaat bagi pemilik industri dan bagi pekerja serta bisa memberikan dampak
yang positif bagi masyarakat sekitarnya. Keberadaan industri kecil genteng pres
dapat mengurangi laju urbanisasi dan dapat mengurangi pengangguran.
Dari uraian di atas dapat memberikan gambaran bahwa
industri kecil genteng pres memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang
kebanyakan mereka dari penduduk setempat dan sekitarnya yang rata-rata memiliki
tingkat pendidikan dan keterampilan yang cukup. Dengan demikian, keberadaan
industri kecil genteng pres di Desa Grogol merupakan salah satu cara untuk memberdayakan
masyarakat pedesaan.
Referensi
Community
development in perspective / edited by James A. Christenson & Jerry W.
Robinson, Jr Ames : Iowa State University Press, 1989.
Istiarti, V.G
Tinuk, Priyadi N, Laksmono W, Emmy R. 2009. Pemberdayaan Masyarakat
Martono, Nanang.
2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.
Pranaka, A.M.W.,
dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan: Konsep,
Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Tjokrowinoto,
Moeljarto. 1996. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar